Rabu, 14 Agustus 2013

curhatan sang uang



Namaku UANG…
Aku tidak memiliki wajah cantik, fisik yang kuat, namun aku punya kemampuan untuk merombak tatanan dunia.
Tapi aku tahu diriku suka berubah-ubah, susah dipredikisi, bisa sangat mahal, tiba-tiba bisa sangat murah, bahkan tidak ada nilai.
Aku mampu merubah perilaku manusia. Manusia terhipnotis olehku. Entah…berapa banyak orang karena aku telah menjual kepribadian, tubuh, menghianati teman…memfitnah orang.
Aku tidak mengerti mana orang shaleh dan bandit, tapi manusia memakaiku sebagai patokan derajat, menentukan kaya dan miskin.
Aku juga bukan iblis, tapi ada orang yang demi aku bersedia melakukan kekejian.
Aku juga bukan orang ketiga, tapi banyak suami-istri berpisah karenaku.
Seharusnya aku melayani manusia, tapi kenapa justru kalian mau jadi budakku?
Aku tidak pernah mengorbankan diriku untuk siapapun, tapi banyak orang rela mati demi aku.

Ssstt….aku juga bukan Tuhan, tapi manusia menyembahku seperti menyembah Tuhan. Bahkan terkadang hamba-hamba Tuhan lebih menghormatiku daripada menghormati Tuhannya, padahal Tuhan sudah berpesan agar “Jangan jadi hamba uang”.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
(Qs. Al-Dzariyyat [56]: 56)
Kau ingat ayat itu bukan? Jangan karena aku sedemikian menarik, memuaskan hidupmu, kau lantas lupa hakekat hidupmu untuk menghamba.
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا ، و اعمل لآخرتك كأنك تموت غدا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok”
Bukankah kalimat itu juga sudah sangat familiar di telingamu? Meski dikatakan bahwa ucapan terkenal itu bukan dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-, tapi ambillah makna dan pesan terpujinya. Yang diinginkan dari ungkapan itu bukanlah meningkatkan perhatian manusia pada dunia dan akhirat secara seimbang, tapi harus lebih memperhatikan kepentingan akhirat. Jangan kau telan mentah-mentah begitu saja terlebih separuh kalimat pertamanya yang lantas menghalalkan segala langkahmu untuk seleluasanya menghabiskan waktumu dalam mengais isian pundi-pundimu.
Cerdaslah memaknaninya. Tak hanya secara nalariah, tapi juga naluriah!
Ungkapan itu bukan menggiring opini manusia untuk fokus terhadap urusan dunia dan menyepelekan akhirat. Namun sebaliknya, adalah mengajak untuk menyegerakan amalan akhirat serta menunda pekerjaan untuk mancariku.
“Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya”
Bagian ini memberitahumu bahwa sesuatu (urusan dunia) yang tidak bisa dikerjakan hari ini, bisa dikerjakan besok dan yang tidak bisa dikerjakan besok, bisa dikerjakan lusa. Maka bekerjalah pelan-pelan dan jangan tergesa-gesa. Sabarlah dalam mencariku. Andaikan hari ini terlewat, maka masih ada hari esok yang datang.
“Bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati besok”
Sedang bagian ini, tentang akhirat, yang ingin menasehatimu agar segera beramal, jangan sepelekan, seakan kau akan mati besok. Bahkan Asy-syaikh Ibn ‘Utsaimin mengatakan“seakan kamu akan mati sebelum besok”. Karena kau tidak pernah tahu kapan kematian menemuimu. Kau hanya tengah belum sadar bahwa kau sedang menunggu giliran untuk dia temui.
Ibnu ‘Umar –radhiallahu ‘anhumaa- berkata, “jika pagi telah datang, maka janganlah menunggu sore. Jika sore telah datang, maka janganlah menunggu pagi. Pergunakan saat sehatmu sebelum kamu sakit, dan pergunakan masa hidupmu sebelum kamu mati”.
Begitulah maunya ungkapan terkenal itu.
Itu kesan dan pesanku. Seklai lagi, aku bukanlah Tuhan! Aku sama denganmu, aku hanya hamba Tuhan. hanya saja aku mungkin lebih penurut dan taat darimu. Ketika saatnya aku  harus pindah dai tangan satu ke tangan yang lain, aku pindah. atau mungkin dari dompet satu ke domprt yang lain, aku juga akan pindah. Selayaknya kau yang senang tinggal di tempat yang bersih, indah, nyaman dan kau suka, maka akupun juga paling bahagia ketika aku tinggal di tangan atau dompet yang pemiliknya memiliki hati yang indah dan bersih. Mereka akan memperlakukanku dengan begitu hati-hati dan sebaik mungkin. Bahkan membuatku jadi sesuatu yang mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain, yang dari situ pun tuanku juga akan bahagia.
Aku tidak seambisi dan sepongah dirimu mudah begitu saja melupakan Tuhan.
Maaf ya, aku benar-benar hanya bisa menjadi alat bayar bon obat-mu, tapi tidak mampu memperpanjang nyawamu. Hanya bisa membuatmu tersenyum di hidupmu sekarang, di duniamu kini, tapi tak dapat melakukan hal yang sama untukmu di hidupmu yang kelak, di duniamu yang kelak, yang jauh lebih abadi.
Kalau suatu hari kau harus dipanggil Tuhan, aku tidak akan bisa menemanimu. Kau harus jalan sendiri bertemu dengan Sang Pencipta lalu menerima penghakiman-Nya. Penghakiman yang seadil-adilnya, dimana hakimmu adalah saksimu sendiri selama ini.
Saat itu, Tuhan pasti akan hitung-hitungan denganmu, dari mana dan bagaimana kau dapatkan aku, apakah waktu hidup kau menggunakan aku dengan baik atau sebaliknya menjadikan aku sebagai Tuhan yang lain. Tentang semuanya.
Dan dengarlah, ini sungguh pesan terakhirku,

Aku tidak ada di di surga looh..
Jadi, kelak jangan mencariku disana ya…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar